Month: May 2020

on
Crushing and screening plant adalah merupakan alat untuk memecah batu yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi. Alat ini digerakkan dengan tenaga listrik yang memerlukan Genset atau Listrik PLN. Mesin dapat memecah beberapa jenis batu mulai dari yang sedang sampai yang keras. Ukuran batu yang dapat dipecah oleh Jaw Crusher, type sedang mempuyai ukuran diameter sekitar 30 s/d 60 cm untuk jenis crushing portable dan dapat menghasilkan batu belah dengan ukuran yang kita inginkan untuk pekerjaan jalan atau untuk pekerjaan concreting.

Fungsi Crushing and Screening Plants (stationary)
Contoh Ukuran hasil crushing yang paling umum, adalah :
  1. 0 mm – 5 mm ——— pasir
  2. 5 mm – 10 mm ——— split
  3. 10 mm – 20 mm ——— split
  4. 20 mm – 40 mm ——— split
Crushing plant yang terbanyak dipakai pada pekerjaan konstruksi dengan kapasitas : 30-150 ton/jam.

Metode Kerja

Metode Kerja Crushing and Screening Plants (stationary)
Unit Crushing and Screening plant (pemecah batu) pada gambar metode kerja, diatas menunjukan proses pembuatan 4 jenis kerikil dari batu belah sampai split siap pakai.

(1) Bak penampung batu yang akan di pecah (feed hopper) di isi batu belah.
(2) Dibawah bak penampung batu yang akan dipecah adalah mesin pengumpan material (material feeder). Dengan mesin pengumpan material ini, batu belah dari feed hopper masuk ke mesin pemecah pertama.

(3) Mesin pemecah pertama (primary crusher) mempergunakan mesin pemecah sistem rahang (jawcrusher). Kerikil yang keluar dari mesin pemecah pertama ini ukuran yang paling banyak dipilih adalah 0-75 sampai 0-150mm seluruh kerikil 0-75 sampai 0-150mm ini disalurkan kemesin penyaring batu bergetar (vibrating screen).

(4) via 1 (satu) buah ban berjalan (belt conveyor), dari mesin penyaring kerikil (4) ini menghasilkan 4 ukuran kerikil via 4 buah ban berjalan (belt conveyor).

(5-5C) yang paling umum adalah ukuran 0-5mm, 5-10mm, 10-20mm dan 20-30/40mm. Ukuran kerikil yang melebihi 30/40mm disalurkan kebagian mesin pemecah kedua via belt conveyor, jenis mesin pemecah kedua ini, yang umum adalah type Fine Jaw Crusher, Cone Crusher dan Impact Crusher.
(6 dan 7) masing-masing type mesin pemecah kedua mempunyai keunggulan tersendiri. Dari mesin pemecah kedua ini hasil produksinya disalurkan kembali ke mesin penyaring kerikil/vibrating screen (4) melalui ban berjalan.

Demikianlah metode kerja 1 unit mesin pemecah batu secara ringkas.

Referensi Konfigurasi Chrushing Plant KYC

Referensi Konfigurasi Chrushing Plant KYC

Keterangan Gambar :

  1. Grizzly Feeder;
  2. Jaw Crusher;
  3. Joint Conveyor;
  4. Joint Conveyor
  5. Vibrating Screen;
  6. Cone Crusher;
  7. Return Conveyor.
  8. Return Conveyor
  9. Product Conveyor
  10. Generator Set.

 

spare part excavator jakarta, spare part alat berat morowali, spare part excavator morowali, spare part excavator kendari, Injector E320d 3264700, 6754-11-3011 injector pc200-8 0445120231, 60100000 Volvo EC210B ECU, Injector sh210-5 8982843930, Injector SK200-8 KOBELCO 970950006353

on
Pengertian Asphalt Mixing Plant Atau yang biasa disingkat AMP Merupakan sebuah mesin produksi aspal beton (hot mix) yang terdiri dari rangkaian komponen alat-alat/mesin untuk memproses material batuan (aggregate) pasir dan asphalt menjadi produk hot mix yang bervariasi jenisnya, sesuai job mix, dengan desain sesuai kebutuhan dari jenis pekerjaan pengerasan jalan.

Pada proses mixing agregat berupa pasir, batu setelah melalui proses pemanasan dan penimbangan dengan campuran tertentu, untuk kemudian di campur aspal sampai dihasilkan hot mix atau aspal beton yang siap di muat ke dalam dump truck, untuk selanjutnya dikirim ke lapangan.

Fungsi Asphalt Mixing Plants

Metode Kerja Asphalt Mixing Plants

AMP (Asphalt Mixing Plant) apabila dilihat dari mobilitasnya, pada umumnya dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
  1. AMP yang permanen, dengan beberapa jenis cara produksinya;
  2. AMP yang portable (mudah dipindah- pindah) dan dapat dipasang di dekat lokasi proyek untuk menghasilkan campuran asphalt.

AMP Jika dilihat dari jenis produksinya maka secara umum AMP dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

  1. AMP tipe batch (timbangan;)
  2. AMP tipe menerus (continous);
  3. AMP Tipe drum-mix. al.

Komponen Alat Asphalt Mixing Plants

  1. Aggregate supply unit atau Bin Agregat Dingin (Cold Aggregate Feeder);
  2. Unit Screen atau ayakan (Screening Unit);
  3. Hot Bin atau Bin Agregat (Graded Aggregate Bins);
  4. Mixer atau Pugmill;
  5. Unit Pengontrol Aspal (Asphalt Cement Control Unit;)
  6. Unit Burner;
  7. Dryer atau Unit Pengering;
  8. Dry Dust Collector;
  9. Dust Colector Wet Cyclone;
  10. Unit Asphalt supply;
  11. Hot-Oil Heater.
Pada unit ayakan AMP tipe batch dan continous, agregat panas yang dibawa oleh bucket elevator dikirim ke unit ayakan untuk selanjutnya disaring dan dipisahkan ke dalam ukuran-ukuran yang diminta dan sisa berbagai ukuran tersebut dikirim ke dalam bin penampung agregat bergradasi. Kebanyakan AMP memakai ayakan tipe datar dengan sistem penggetar, yang biasanya terdiri dan 4 (empat) dek. Ukuran dari ayakan pada tiap dek tergantung dari agregat yang ingin dihasilkan. Bagian atas dan dek ditutup oleh ayakan “scalping” yang akan menggerakkan material oversize dan mengurangi material tersebut ke dalam pintu pembuang. Unit ayakan harus dibersihkan tiap hari dan dicek dan untuk mengantisipasi kemungkinan rusak atau robek, jika terjadi kerusakan maka ayakan tersebut harus diganti.

Mixer/Pugmill

Agregat dari hot bin setelah ditimbang, maka agregat dan aspal dicampur di dalam pencampur pugmill. Pencampur pugmill adalah suatu corong kembar pencampur yang didesain untuk mencampur material dengan sebaik-baiknya dan menyelimutkan agregat dengan aspal. Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mendapatkan penyelimutan agregat yang seragam pada semua butir agregat. Waktu pencampuran yang berlebihan cenderung menimbulkan degradasi pada agregat dan aspal terbakar.

Setelah agregat masuk ke pugmill dan suatu periode singkat dari pengeringan campuran terjadi, akan diikuti oleh pencampuran basah setelah aspal disemprotkan ke dalam pugmill. Pencampur pugmill (Mixer) terdiri dari suatu ruang (chamber) dan poros kembar (twin shaft) untuk mencampur, dengan rotasi (counter rotating shafts) dengan kayuh atau pedal (paddles) pada ujung setiap tangkai pedal, dan batang penyemprot aspal.
Pedal dibentuk untuk menghasilkan efisiensi maksimum dalam pencampuran dan harus dalam posisi yang sedemikian rupa agar supaya ruang bebas (clearance) antara ujung (tip) pedal dan dinding ruang pencampuran kurang dari 1,5 kali ukuran maksinum agregat, karena kalau tidak, daerah sumbatan dapat bertambah sehingga material tidak tercampur dan terselimuti oleh aspal secara merata.

Unit Pengontrol Aspal (Asphalt Cement Control Unit)

Untuk mendapatkan jumlah yang tepat dari aspal dalam campuran dengan toleransi yang telah ditentukan dalam spesifikasi digunakan timbangan atau (Scales) meteran. Untuk itu jumlah aliran atau debit dari aspal yang diberikan pada pencampur harus selalu diamati. Pada AMP tipe batch terdapat tiga macam timbangan yaitu timbangan agregat, timbangan bahan halus (filler), dan timbangan aspal.

Pada AMP tipe batch, timbangan untuk agregat dikunci langsung di bawah bin agregat bergradasi. Berat dari hopper diteruskan atau ditransmisikan oleh mekanisme timbangan yang biasanya dipasang skala penunjuk tanpa pegas sehingga berat agregat dari tiap bin dan jumlahnya dalam tiap batch dapat dibaca dan dicatat. Urutan penimbangan dari tiap bin harus diamati secara cermat dan sebaiknya penimbangan fraksi agregat yang besar atau kasar didahulukan.

Jika unit AMP akan beroperasi, sebaiknya skala timbangan dibersihkan, tiap bagian dichek, dan harus dilaksanakan kalibrasi timbangan secara periodik oleh instansi yang berwenang. AMP sebaiknya menggunakan sistem kontrol yang otomatis untuk mendapatkan pencampuran dengan proporsi yang benar.

on
Batching Plant adalah merupakan alat untuk membuat concrete atau beton yang penting dalam dunia konstruksi sebagai bahan pokok dalam pekerjaan struktur. Beton adalah campuran dari semen agregat dan air serta aditif. Batching Plant memproduksi beton secara massal dan kualitas yang sangat tinggi serta keseragaman dalam mutu beton.
Fungsi Batching and Mixing Plants Concrete
Pemilihan batching plant yang tepat adalah suatu langkah kunci dalam pencapaian target tersebut. Di Indonesia dikenal ada dua jenis batching plant, yang antara lain adalah :
  1. Wet system adalah batching yang memproses sehingga menjadi fresh concrete yang siap dipakai dan fungsi dari truck pengangkut hanya menjaga homogenitas sampai tempat pengecoran.
  2. Dry mix system adalah merupakan timbangan material atau agregat, semen, air, aditif yang output nya siap di tuang ke truck mixer, dan proses pengadukan beton dilakukan dalam truck mixer dengan memutar drum mixer pada kecepatan tinggi, kemudian beton siap dikirim ketempat pengecoran.

Metode Kerja Batching and Mixing Plants Concrete

Prinsip kerja dari batching plant adalah mengisi material ke bin, menimbang agregat, menimbang air, menimbang semen, serta menimbang aditif, yang kemudian dituangkan ke dalam mixer untuk dengan kecepatan tertentu sehingga mencapai homogenitas beton.
Penimbangan seluruh material dilaksanakan dengan keakuratan yang sangat tinggi serta diatur secara digital dan waktu pengaduk (mixing time) ditentukan sesuai kapasitas beton dan kualitas yang akan dicapai.
Semua proses dapat disetel secara manual, semi otomatis, dan otomatis. Setiap cycle dengan kapasitas sesuai tipe mixer output batching plant dan beberapa cycle merupakan beton siap pakai (fresh concrete) yang kemudian ditampung dalam ready mix concrete truck untuk siap dikirim ke pemakai. Sistem yang bekerja dalam batching plant ini terdapat instalasi tenaga sebagai berikut :
  1. Tenaga listrik untuk menggerakkan seluruh motor listrik dan Instalasi pengendali;
  2. Tenaga pneumatik (air compressor) untuk menggerakkan buka tutup pintu-pintu agregat;
  3. Instalasi air kerja untuk pengisian mixer;
  4. Hydraulic system untuk pembuka untuk penutup pintu keluaran hasil produk (discharge gate).
  5. Poin yang perlu diperhatikan dalam memilih batching plant, antara lain:
  6. Kapasitas Mixer;
  7. Ukuran agregat maksimum yang dapat diproses;
  8. Slump beton yang bisa dihasilkan;
  9. Tingkat keakuratan hasil timbangan material;
  10. Ketinggian hopper pengisi ke truck mixer;
  11. Kapasitas Silo persediaan semen.

on
Lattice Boom Crawler Crane adalah alat berat yang umumnya dipakai untuk mengangkat, memindahkan material dari tempat asal ketempat lain dengan tambahan pelengkap. Alat ini juga dapat dipergunakan untuk erection jembatan prestress, komponen panel-panel beton prestress, dan juga digunakan dalam pekerjaan pondasi untuk memancang tiang pancang, bore pile, pemasangan instalasi pipa (pipe layer), menggali serta memuat (clampshell dan dragline). Konstruksi alat ini umumnya bagian atas terdiri dari alat yang dapat berputar 360 derajat seperti excavator, dengan jangkauan yang lebih jauh.

Fungsi Lattice Boom Crawler Crane

Fungsi Lattice Boom Crawler Crane

Metode pengangkatan menggunakan Lattice Boom Crawler Crane harus selalu memperhatikan tingkat kesetabilan tanah tempat bekerjanya crane dan selalu melihat tabel beban yang diizinkan sesuai jarak (radius) beban terhadap sumbu crane.

Pada umumnya Lattice Boom Crawler Crane memiliki kapasitas pengangkatan yang besar dibandingkan jenis crane beroda ban. Namun karena berat mesin dan lambannya pergerakan crawler menjadi satu kekurangan bagi crane jenis ini. Untuk memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain diperlukan biaya ekstra dan peralatan yang banyak seperti trailer dan crane lain karena crane ini harus dibongkar.

Kelebihannya Lattice Boom Crawler Crane

crane jenis ini terkenal sangat stabil dan lebih tangguh serta sanggup mengangkat beban sambil bergerak (moving) karena tidak memakai outrigger. Biasanya crane crawler menggunakan boom type lattice (kisi). Walaupun boom tipe ini sangat merepotkan saat pembongkaran dan pemasangan, namun crane dengan boom tipe ini sangat cocok digunakan untuk berbagai keperluan kerja berat (heavy duty crane) dan kerja-kerja berat lain termasuk di tempat-tempat yang terlalu ekstrim namun memerlukan kestabilan tinggi seperti di atas barge (ponton) ataupun di lokasi tanah yang mudah amblas.